Dengan biaya sebesar itu, kata Ikbal dìrinya dan para petani tak punya pilihan selain meminjam modal dari para Touke (tengkulak/pengepul).
Meski pinjaman itu tak berbunga, namun hasil panen mereka dìmonopoli oleh para tengkulak itu.
“Ya mau bagaimana lagi, dengan terpaksa kita terima dan menjual hasil panen ke mereka (tengkulak,red) meski harganya murah. Dan mereka membawanya ke Palembang untuk dijual lagi,” keluhnya. (*)